Black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berhasil ditemukan pada Selasa, 12 Januari 2021, sekitar pukul 16.00 WIB. Kotak hitam itu merupakan salah satu komponen penting yang harus ditemukan untuk mengungkap penyebab kecelakaan.
Hingga operasi pencarian Sriwijaya Air SJ 182 ditutup pada 21 Januari 2021, CVR blacx box pesawat masih belum ditemukan. “Setelah itu akan kami lihat, bikin transkrip, untuk dicocokkan dengan FDR, apa yang terjadi di dalam kokpit.
Sehingga kita bisa menganalisa kenapa data dari FDR seperti ini dan bagaimana situasi di kokpit? Tanpa CVR memang dalam kasus Sriwijaya Air ini akan sulit mengetahui penyebab (jatuhnya),” kata Soerjanto.
Hasilnya investigasi sementara, ditemukan beberapa fakta seperti mesin pesawat yan masih hidup sebelum burung besi itu membentur air. Hingga saat ini, KNKT belum juga menyampaikan hasil laporan investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Bisnis.com, JAKARTA – Tragedi kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 pada 9 Januari 2021 masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban sekaligus misteri penyebab yang masih terus diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Belum lama ini, AirNav Indonesia mengungkapkan detik-detik kontak terakhir dengan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sebelum akhirnya jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Direktur Utama Airnav Pramintohadi menjelaskan semula pada pukul 14.36 WIB pesawat lepas landas dari landasan pacu atau runway 25. Setelah melewati ketinggian 1.700 kaki, pilot menghubungi Jakarta Approach melalui frekuensi 179 MHz dan diinstruksikan oleh pemandu lalu lintas udara (air traffic control/ATC) naik ke ketinggian 29.000 kaki mengikuti prosedur SID atau standar alur keberangkatan. Dia menyebutkan maskapai dnegan jenis layanan medium tersebut diinstruksikan naik ke 11.000 kaki. Baca Juga : Menhub Bangun Pelabuhan Terintegrasi Dukung Lumbung Ikan Maluku. Kemudian pada pukul 14.40 controller melakukan konfrimasi arah SJ-182 tetapi tidak ada respons dan diikuti target hilang dari layar radar. Pukul 14.40 WIB, kata dia, ATC langsung melakukan konfirmasi arah kepada SJ-182 tetapi tidak ada respons dan diikuti target hilang dari layar radar.
Tak hanya itu, kontak juga dibantu oleh maskapai lainnya seperti Garuda Indonesia. Kemudian dibantu oleh beberapa penerbangan lain seperti Garuda untuk melakukan komunikasi dengan SJ-182, namun tidak ada respons,” ujarnya.
GALAMEDIA – Tepat hari ini, Minggu 9 Januari 2022 merupakan peringatan satu tahun jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu. Sriwijaya Air SJ-182 baru terbang 4 menit saat diberitakan jatuh.
Kecelakaan tersebut meninggakan luka mendalam bagi masyarakat Indonesia, khususnya keluarga korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Baca Juga: Pengaruh Body Shaming terhadap Kesehatan Mental.
Kronologi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 tersebut terjadi begitu cepat. Baca Juga: Mengejutkan, Abdel Ngaku Masih Pakai Sabu saat Bawakan Acara Dakwah Bareng Mamah Dedeh. Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang diketahui mengangkut 62 orang yang terdiri dari 40 penumpang dewasa, 7 orang anak, 3 bayi dan 12 kru pesawat hilang dalam hitungan menit.
[19] Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan segera mengerahkan personel ke lokasi jatuhnya pesawat, sedangkan Polri mendirikan pusat krisis di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. [31] Dilakukan pula pengambilan sampel DNA dan informasi ante mortem dari keluarga korban supaya nantinya dapat segera dianalisis oleh tim Disaster Victims Identification di Rumah Sakit Kramat Jati.
Pada 10 Januari 2021, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Panglima TNI Hadi Tjahtanto mengawasi jalannya pencarian dari atas KRI John Lie 358. Pada tanggal 11 Januari, BASARNAS menyatakan bahwa fokus utama operasi pencarian dan penyelamatan telah bergeser untuk mengambil perekam penerbangan pesawat dari dasar laut. [100] Ia juga menyatakan bahwa penundaan selama 30 menit yang terjadi pada penerbangan tersebut disebabkan oleh cuaca buruk, khususnya hujan lebat, dan bukan kerusakan mekanis.
Analisis yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menunjukkan bahwa tidak terjadi cuaca ekstrem di lokasi jatuhnya pesawat saat terjadinya kecelakaan.
Di sisi lain, muncul juga kisah dari para calon penumpang yang selamat dan tidak jadi ikut penerbangan dengan rute Jakarta-Pontianak tersebut. Untuk diketahui, manajemen Sriwijaya Air terus melakukan komunikasi dan investigasi terkait dengan keberadaan pesawat SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh.
Cerita dramatis penumpang selamat Sriwijaya Air SJ 182 yang pertama datang dari dua orang yaitu Paulus Yulius Kollo dan Indra Wibowo. Kemudian setelah berdiskusi dengan petugas Sriwijaya Air di Bandara Soekarno-Hatta, keduanya diminta untuk penjadwalan ulang (Reschedule) keberangkatan pada hari Sabtu (9/1/2021). Mereka batal berangkat menggunakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 karena hasil uji tes swab PCR yang lama keluar dari sebuah rumah sakit.
Kisah tersebut diungkapkan salah seorang warga asal Pontianak, yaitu Muhammad Yusuf Setiawan kepada Suara.com melalui direct message Instagram, pada Sabtu (9/1/2021). Namun, hasil tes swab keluarnya lambat sehingga tiket yang sudah di booking hangus dan diganti penerbangan lain.
Ilustrasi itu menggambarkan garis-garis yang membentuk gambar pesawat terbang terjun ke arah lautan. Lintasan pesawat terbang yang jatuh itu tampak menukik tajam ke arah laut.
Ilustrasi itu diunggah oleh akun Instagram @madhiroeiji yang kini memiliki 22,8 ribu followers. Ketika malam tiba, ia kembali ‘melihat’ ada tiga gundukan di antara lautan luas. Saya sih melihatnya seperti gundukan, kayak gunung di tengah lautan,” imbuhnya. Esok harinya, Roeiji kembali mendapatkan penglihatan yang seakan menambah lengkap gambarannya.
Jujur, aku nggak tahu karena belum dapat partisi (potongan) yang full, dan aku nggak mau mendahului Tuhan karena kita kan manusia ya,” tutur pria yang mengaku keluarganya merupakan keturunan paranormal. Madhi Roeiji pun terkejut akun Instagram pribadinya yang awalnya hanya ada 900 followers yang berasal dari teman dekat kini mencapai puluhan ribu dalam waktu beberapa hari saya. Ia menuturkan penglihatan yang didapat dan diterjemahkan melalui gambar itu sudah terjadi beberapa kali, dari sebelum tragedi Sriwijaya Air.
INDOTRENDS.ID – Tragedi pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta – Pontianak terjadi di Kepulauan Seribu, tewaskan 62 penumpang tepat setahun lalu, 9 Januari 2021. Ini adalah salah satu catatan kelam kecelakaan penerbangan paling menyedihkan pada tahun 2021, mari mengenang sekaligus mendoakan kebaikan arwah para korban. Korban lainnya yang tak kalah menyedihkan adalah wanita bernama Arneta Fauzia bersama tiga anaknya.
Sedangkan Yaman Zai yang menunggu kedatangan istri dan ketiga anaknya di bandara Pontianak akhirnya menangis pilu menerima kenyataan pahit tersebut. Tragedi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 jatuh di sekitar Kepulauan Seribu memang masih segar dalam ingatan.
Jakarta, CNBC Indonesia – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis laporan awal investigasi terkait penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Di mana otoritas wajib merilis laporan awal dalam waktu 30 hari setelah terjadinya kecelakaan.
Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan laporan ini berupa data faktual. Pada pukul 14:38 detik 51, akibat cuaca pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat dan diizinkan. Oleh karena itu ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur sedangkan yang kanan masih tetap.
Saat itu ATC memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39.59 WIB. Selanjutnya pada pukul 14.40 detik 05, FDR merekam ketinggian tertinggi pesawat yaitu 10.900 kaki. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang sedangkan yang ke kanan tetap.
Lebih lanjut dia mengatakan berdasarkan data cuaca dari BMKG pergerakan pesawat ini tidak melalui area awan yang signifikan.
TERAS GORONTALO – Pesawat Sriwijaya Air dengan penerbangan SJ182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di sekitar Kepulauan Seribu. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 itu mengangkut 62 orang kru dan penumpang, terdiri dari 50 penumpang dan 12 awak di dalamnya. Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang terjadi pada 9 Januari 2021 atau tepat setahun hari ini, menjadi tragedi kecelakaan pesawat paling memilukan di tanah air.
Dilansir dari GALAMEDIA, pesawat tersebut terbang dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta ke Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Ada sebanyak 50 penumpang dan 12 awak di dalamnya.
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 mengalami kecelakaan dan jatuh empat menit setelah lepas landas. Pesawat yang dipakai dalam penerbangan ini adalah Boeing 737-500 yang telah berusia 26 tahun dengan kode registrasi PK-CLC (MSN 27323).
Pesawat ini dibuat pada tahun 1994 dan mulai digunakan oleh Continental Airlines pada tahun yang sama. Pesawat ini kemudian digunakan oleh United Airlines mulai 1 Oktober 2010 dengan nomor registrasi N27610 sebelum akhirnya bergabung dengan armada Sriwijaya Air pada tahun 2012.
Sriwijaya Air menamai pesawat ini “Citra”.